entah ini ke ajaiban atau kelebihan yang tuhan kasih ke gue. Gue si
merasa aneh , takut , bahagia , menyengkan , beban atau apalah itu?!
Merukiah oh bukan mungkin lebih tepatnya mengobatin,tanpa sadar gue
mengobati ibu gue dan juga adik gue yang kata orang mungkin "ketempelan"
apalah itu. Awalannya si ibu gue ngeluhsakit kepala yang gak
ilang-ilang sakitnya si kira-kira udah 2harian gitu. Dan tanpa sadar gue
langsung bilang sini bu eneng pijitin belom gue pegang baru gue sentuh
pundaknya udah bilang "aw sakit!" akhirnya gue ngerokin bagian
punggungnya sambil gue bacain ayat -ayat suci al-Quran pijitan gue
semakin mengila meminta prlindungan dari tuhan yang maha kuasa pun makin
menggila seluruh tubuh merasa merinding yang bukan biasa mainnya.Ibu
gue minta gue pijitin ubun-ubunnya doa pun terus gue ucapin di dalam
hati gue merasa tubuh gue ada yang memeluk badan gue langsung jatuh
(beruntungnya gue mijitin ibu gue menghadap kiblat)duduk di antara dua
sujud "taukan"wkwkwkw.Tubuh gemetaran nangis histeris beruntungnya
gue,gue kuat buat tetap sadar dalam hati langsung istigfar,baca-baca
surat al-quran untungnya di sebelah gue ada bokap gue abis solat di
usap-usaplah punggung gue oke gue baik-baik saja ,tapi anehnya pas gue
pegang ubun-ubun ibu gue gue rasanya gemes narik sesuatu pake tenaga
paling besar paling kuat hahaha lebay.Ibu gue bilang alhamdulillah udah
baikkan nyokap mulai bercerita di emang lagi haid,dia tiduran di rumah
nenek gue dia merasa ada yang aneh sama pohon rambutan yang di sebelah
rumah nenek gue *punya tetangga* pas dia pulang dia inget pohon bambu di
sekitar jalan raya deket komplek rumah gue. Nyokap selesai eehhh ade
gue sekarang kena ujung tangan sama kakinya dingin kaya es oke gue
obatin tanpa sadar juga gue langsung meluk kepalanya bacain surat-surat
suci al-Quran dia nagis kenceng histeris dia bilang kakak gue sakit
gara-gara pohon rambutan di depan rumah tante gue,emang si menurut gue
rumah tante gue agak gimanah gitu.Balik ketopik udah semua selesai gue
inget ibu gue TB(tembus) di depan tv gue ambil garem air besss merinding
booo bukan main hampir-tuh setan konyol masuk tubuh gue
istigfar-istigfar yang ada dilam otak dan hati dan fikiran gue bokap
lagsung lari dari kamar bialng kenapa neng terus gue bilang gak pah cuma
merinding doa.Semua masuk kamar capek rasanya tidur gak tenang badan
lemas pikiran yang ada minta maaf terus tapi sama siapa? (kalo gue punya
salah maafin yakkkk..... :D) waktu tepat isya bokap solat selesai solat
bokap berdoa ibu gue minta di anterin ke kamar kecil gue ambillah air
putih gue campurin garem,airnya minta dibacain kalo gue bilang si nama
airnya air doa, gue minumlah air itu seteguk gue kasih ade gue biar di
tenang gue basuh air itu ke tangan,punggun,ubun-ubun sisa air gue minum
lagi tenanglah akihrnya gue.Akhirnya gue ngerasa laper terus gue makan
dan tidur pulaslah gue, tapi anehnya gue ceritain semua ketemen-temen
gue keliatannya gak ada yang percaya ya udalah gue cerita ini biar gue
sama keluarga gue yang tau.
DAN SEKARANG GUE SEHAT DAN BERAKTIFITAS KEMBASLI DENGAN CERIA DAN SEMANGAT.
MAKASIH YA ALLAH UDAN NGELINDUNGI KELURGA HAMBA :)
catatan:tulisan ini asli gue yang tulis (PUTRI ADZANTI)tulisan ini bakal gue post ke facebook gue.
Maafin gue ya para pembaca kalo ceritanya sedikit agak gak nyambung tulisannya ada yang kurang atau gak nyambung tapi ini asli tulisan sendiri bikin sendiri langsung di post sendiri hahaha.
Senin, 20 Februari 2012
Kamis, 09 Februari 2012
tulisan anak-anak SMK negeri 2 Depok
Sesuap Nasi dari Sebongkah Aqua
Ibu Kota Jakarta yang disebut sebagai kota
metropolitan, memberi kesan yang menjanjikan terhadap orang-orang di
perkampungan. Mereka terdorong untuk datang ke Jakarta demi mencari peruntungan
dan perbaikan nasib. Biasanya ini terjadi pada hari-hari besar, seperti hari
raya Idul Fitri. Orang-orang yang pulang ke kampung halaman membawa
sanak-saudara mereka untuk ikut ke Jakarta dan menambah angka pengangguran.
Kebanyakan pekerjaan di Jakarta dituntut untuk mempunyai keahlian. Namun
sebagian besar para pendatang baru tidak membekali mereka dengan keahlian
sehingga sulit mencari pekerjaan.
Tanpa disadari terciptalah pemulung sebagai mata
pencaharian. Menjadi pemulung bukanlah harapan dan cita-cita. Tak ada seorang
pun yang menginginkan profesi seperti itu. Pemulung biasanya mencari rongsokan
atau memungut barang-barang bekas di tempat sampah, jalanan, pinggiran sungai,
daerah pertokoan, dan tempat pembuangan sampah akhir. Ada juga yang mencari
barang bekas di sekitar rumah penduduk sehingga mereka sering dituduh mencuri.
Mereka tidak perduli walaupun terkadang martabatnya di rendahkan. Bahkan ketika
cuaca terik dan kulit seperti terpanggang matahari pun juga tidak mereka
hiraukan. Karena dengan memulunglah mereka mendapatkan uang untuk menyambung
hidup.
Ketika memulung, mereka membawa pancung untuk
memudahkan mengambil sampah-sampah di jalanan, lalu sampah itu dikumpulkan ke
dalam karung. Setelah barang-barang bekas terkumpul banyak, mereka pergi ke
pengepul sampah. Mungkin satu karung botol aqua hanya dihargai beberapa ribu
saja, tetapi itu lebih baik dari pada mencari uang dengan menadahkan tangan
dipinggiran jalan.
Jangan salahkan mereka yang berprofesi sebagai
pemulung. Jika kehadirannya mengganggu kenyamanan pandangan mata masyarakat.
Seharusnya pemerintah perduli terhadap nasib mereka yang berprofesi sebagai
pemulung. Tetapi terkadangan pemerintah menambah beban mereka dengan adanya
pembersihan pemulung dengan alasan mengganggu kenyamanan masyarakat. Seharusnya
pemerintah memanfaatkan tenaga pemulung untuk dijadikan tukang sapu jalanan,
agar mengurangi beban kehidupanKelompok :
- Putri Adzanti
- Ratih Kumala Dewi
- Yunita Rahayu
- Siti Nurjanah
- Monika Febriani
- Setya Nigsih Aziz
Ku ‘Tilang’ Kau Dengan Bismillah..
Tilang. Apa
sih sebenarnya tilang itu? Bener gak kalo prosesnya itu sulit? Mau tau
jawabannya? Cek it out..
Kita sering
mendengar kata tilang. Suatu proses hukum yang menurut sebagian masyarakat hanya
mempersulit mereka dalam berkendara. Sebenarnya proses tilang itu merupakan
prosedur hukum yang bertujuan untuk menertibkan kelengkapan pengendara lalu
lintas dan telah di atur dalam perundang-undangan yang berlaku. Tilang tidak
akan dilakukan jika semua pengendara mematuhi peraturan seperti, menyalakan
lampu, memakai helm berlabel SNI, memakai celana panjang, memakai jaket dan
kelengkapan kendaraan lainnya, termasuk SIM (Surat Ijin Mengemudi). Pada
sebagian pelanggar peraturan, biasanya memilih menyuap polisi dengan uang
berlipat-lipat dari denda tilang. Padahal, sih, kalo penyuapan ini terbukti,
maka penyuap dan polisi yang bersangkutan bisa di hukum penjara dan tentunya
lebih berat dari sekedar mengikuti proses tilang yang ada. Karena menyuap
polisi atau PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah sebuah perbuatan yang melanggar
hukum. Namun dengan modus seperti itu, polisi malah mencari-cari alasan dan
menjadikan tilang sebagai “part time”nya
untuk mendapatkan uang tambahan. Ditambah opini masyarakat yang beranggapan bahwa
mengurus tilang itu sulit. Polisi jadi semakin leluasa kapanpun dan dimanapun
melakukan tilang. Padahal tilang seharusnya dilakukan hanya di jalan raya atau
jalan-jalan protokol diperkotaan.
Pengendara
yang tidak lengkap atau melanggar peraturan, ketika di stop polisi di jalan pasti hanya bisa pasrah dengan ketakutan
mereka akan ‘tilang’. Sebaliknya, polisi yang men-stop itu terlihat sangat sumringah sambil membatin “bismillah, dapat
uang tambahan”. Dan akhirnya dengan uang minimal 50ribu, si pengendara yang
tidak tertib berlalu lintas atau melanggar bisa selamat dari jerat tilang si
polisi. Seharusnya pengendara menyadari akan kesalahannya dengan lebih
melengkapi surat-surat dan kelengkapan berkendara. Karna hal tersebut
semata-mata demi kebaikkan dan keselamatan pengendara itu sendiri. Namun yang
harus kita ketahui, tidak semua polisi seperti itu. Masih banyak polisi yang
bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya dan tidak mengorbankan nama baiknya
hanya demi uang semata. Kita sebagai masyarakat sudah seharusnya mendukung
kelancaran dan ketertiban berlalu lintas dengan mematuhi peraturan yang telah
di tetapkan oleh pemerintah. Karena peraturan di buat untuk di patuhi bukan
untuk di langgar.
Kelompok :
Yuliana Saputri
Nurrahmah Istiani
Melisa
Miftahul Janah
Sri Harningsih
Suatu potret kehidupan anak jalanan
yang mana kehidupannya sangatlah jauh dari sebuah kecukupan, bertolak belakang
dengan kehidupan para petinggi Negara yang menyalah gunakan kewajiban-kewajiban
mereka (korupsi) demi kepentingan Pribadi.
Karna ulah
merka (petinggi Negara), Didin (9) harus menerima kenyataan hidup inim
diusianya yang masih sangat dini, ia sudah harus bekerja keras untuk mencari
nafkah,yang seharusnya duduk dibangku sekolah.
Iis (39) setiap harinya meminta-minta
dijembatan penyebrangan dengan membawa kedua anaknya ia duduk dijembatan ia
duduk di sudut jembatan penyebrangan menanti belas kasihan dari orang.
Kehidupan seperti ini bukan pilihannya, namun dengan ketiadaan pendidikan
mengharuskan ia menjalani semua ini. Saat kami temui Iis pun mau berbagi cerita
tentang kehidupannya. Janda muda ini menuturkan “hanya pekerjaan seperti ini
mbak saya bias member makan 2 anak saya, saya hanya sendiri mbak, suami saya
sudah meninggal “kata Iis (39).
Setelah kita
liahat, masih banyak masyarakat yang sangat membutuhkan perhatian dari
pemerintah seharusnya pemerintah sadar dengan hal ini, lebih memperhatikan
masyarakat kecil bukan menhambur-hamburkan uang Negara untuk hal yang tidak
bermanfaat.
Keadaan
sekarang ini, pemerintah hanya mementingkan kepentingan pribadi mereka yang
pada akhirnya menambah angka kemiskinan di Indonesia dan minimnya pendidikan
dikalangan masyarakt bawah “yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin
miskin”.
Dengan
keadaan seperti ini, bagaimana Negara ini akan maju? Kalau generasi penerusnya
tidak dihiraukan kehidupannya.
“ Hey DPR,
buang saja Uang Negara untuk kami “
Judul Liputan : SIANG SEBRANG ISTANA, Lokasi : Terminal Depok, Metode Peliputan : a.Wawancara Tertutup b. Investigasi, Jenis Liputan : a. Sosial Masyarakat Ketua Liputan : Yosril Damariska, Redaksi Liputan : Semua, Tim Liputan : Nurul Paijah,Rafika Nanda
R., Riska Isnaini Nur, Rofiatul Ummah, Septi Putri Y , Yosril Damariska
“ POTRET PENGAMEN JALANAN”
P
|
engamen adalah seorang yang mendapatkan penghasilan dengan cara
menyanyi. Pengamen bukanlah suatu pilihan hidup, terkadang ada pula pengamen
yang hanya menyalurkan bakatnya dan hobinya semata.
Menurut para pengamen saat ini mereka hanya bisa mengembangkan
bakatnya dengan cara mengamen, disamping itu untuk mengembangkan bakat bermusik
tidak harus di dapat dari kursus bermusik saja. Contohnya, para pengamen
tersebut dapat mengembangkan bakat bermusiknya secara otodidak. Mereka berfikir
lebih baik menjadi pengamen dibandingkan menjadi seorang pengemis, karena
menjadi pengamen lebih terlihat usahanya dibandingkan menjadi pengemis yang
hanya meminta.
Biasanya pengamen beroperasi ditempat umum, seperti di kopaja p20
lebak bulus-senen misalnya, dan mereka memulai untuk mengais rezeki pada pagi hingga malam hari.
Meskipun banyak orang yang menganggap rendah pengamen, tetapi mereka
tetap percaya diri dan semangat menjalani hidup ini.
Banyak contoh hidup positif yang bisa kita ambil dari seorang pengamen
jalanan di Ibu Kota ini, mereka masih mau berusaha untuk bisa bertahan hidup
tanpa harus mencuri. Merekapun berusaha untuk mendapatkan rezeki dengan cara
yang halal walaupun tidak banyak uang yang didapatkannya perhari.
Pemerintah kurang transparan menanggapi rakyat kecil seperti pengamen.
Pemerintah hanya memberikan janji semata, yang hanya mengurangi kemiskinan dan
pengangguran. Tetapi kenyataannya pemerintah hanya mempersulit lapangan
pekerjaan dan dengan persyaratan yang terlalu sulit bagi mereka yang kurang
dibekali pendidikan. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan nasib pengamen
jalanan dengan tidak mempersulit syarat mencari pekerjaan di Ibukota Jakarta,
sehingga dengan persyaratan yang begitu sulit terpaksa mereka memilih menjadi
seorang pengamen jalanan demi sesuap nasi. Dan seperti itulah potret pengamen
jalanan Ibu Kota Jakarta ini.
Langganan:
Postingan (Atom)